Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak secara abnormal atau berlebihan yang dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan. Ukuran kasar sebagai parameter obesitas adalah body mass index (BMI), yaitu dengan membagi berat badan (dalam satuan kilogram) dengan kuadrat tinggi badannya (dalam satuan meter). Apabila seseorang memiliki BMI bernilai 30 atau lebih, maka orang tersebut dinyatakan menderita obesitas
Saat
ini, obesitas telah menjadi wabah di seluruh dunia. Pada tahun 2013, 37% dari
populasi orang dewasa di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas. Obesitas juga menjangkiti anak-anak dan remaja. Sebanyak 14% dari
total populasi anak-anak di dunia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Angka ini meningkat sebesar 27,5% pada
orang dewasa dan 47,1% pada anak-anak dari tahun 1980. Obesitas kini tidak
hanya menjadi wabah di negera-negara kaya tetapi juga melanda negara-negara di
semua tingkat ekonomi, sebanyak 62% penderita obesitas hidup di negara
berkembang (IHME, 2014) .
Obesitas
merupakan faktor resiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, salah satunya
adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan kelompok
gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit
jantung koroner (serangan jantung), penyakit serebrovaskular (stroke), tekanan darah yang meningkat (hipertensi), penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan dan gagal jantung Serangan jantung dan stroke biasanya merupakan
kejadian akut dan terutama disebabkan oleh penyumbatan yang mencegah darah
mengalir ke jantung atau otak.
Lemak,
khususnya lemak intra-abdominal memiliki dampak yang signifikan bagi
metabolisme tubuh. Adanya lemak intra-abdominal ditandai dengan ukuran perut
yang besar. lemak ini akan mempengaruhi tekanan darah, tingkatan lipid darah
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk meggunakan insulin secara efektif. Insulin
digunakan untuk memproses glukosa yang berasal dari makanan untuk digunakan
sebagai bahan bakar tubuh. Apabila tubuh tidak dapat merespon insulin dengan
benar, maka dapat memunculkan penyakit diabetes yang merupakan faktor resiko
penyakit kardiovaskuler. Ketika kita menjadi gemuk, resiko terkena diabetes
tipe 2 dan hipertensi menigkat tajam. Statistik menunjukkan bahwa 58% dari
diabetes dan 21% dari peyakit jantung berkaitan erat dengan BMI diatas 21 (WHF, 2014) .
Obesitas
dan Hipertensi
Obesitas
sangat berdampak pada kesehatan kardiovaskuler dan penyakitnya, salah satu yang
paling banyak ditemukan adalah hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko
untuk penyakit jantung koroner dan faktor resiko utama untuk stroke. Hipertensi
menyebabkan 50% dari stroke iskemik dan meningkatkat resiko stroke hemoragik. Tekanan darah tinggi pada usia dibwah 50
tahun dikaitkan dengan
peningkatan risiko kardiovaskular. Ketika
anda beranjak tua, tekanan darah sistolik Anda menjadi prediktor yang
lebih penting dari risiko penyakit kardiovaskular.
Hipertensi
sangat berkaitan erat dengan obesitas, lebih dari 75% kasus hipertensi dapat
langsung dikaitkan dengan obesitas. Namun, mekanisme pasti hubungan antara
hipertensi dan obesitas belum sepenuhnya dipahami. Berdasarkan pemikiran
kontemporer, tekanan darah akan meningkat dengan penambahan berat badan dan
akan berkurang dengan penurunan berat badan (Krauss, 1998)
Obesitas
dan Penyakit Jantung Koroner
Obesitas berkaitan
erat dengan lemak tubuh. Lemak tubuh sebenarnya banyak manfaat bagi tubuh
sebagai penyimpan energi cadangan, penyekat panas, peredam guncangan, pembentuk
tubuh, dan sebagainya. Tetapi jika jumlah timbunan lemak tubuh menjadi
berlebihan, lemak akan menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya penyakit
jantung. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah
sekitar 10-20%, bahkkan sebagian ahli meyatakan dapat mencapai 30%. Hal ini
tentu akan menjadi beban tambahan bagi jantung. Otot jantung akan mengalami perubahan
struktur berupa hipertropi atau hiperplasi yang keduanya dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan dalam memompa darah dalam jantung atau lazim disebut dengan
gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderitanya mengalami sesak napas bila
melakukan kegiatan yang ringan, sedang maupun berat.
Obesitas dapat mempercepat
terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu :
1.
Obesitas mengakibatkan terjadinya
perubahan lipid darah, yaitu peningkatan kadar kolesterol darah, kadar LDL
kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan
kolesterol pada dinding pembuluuh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol
(koolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah).
2.
Obesitas mengakibatkan terjadinya
hipertensi (akibat peningkatan volume darah, peningkatan kadar rennin,
peningkatan kadar aldosteron dan insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah
sistemik, serta terdapatnya penekanan mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh
darah tepi).
3.
Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan tolerensi glukosa ataupun kencing manis.
Oleh karena hipertensi, hiperkolesterol,
LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, dan kencing manis (diabetes mellitus) merupakan
faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK), maka peningkatan tersebut dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner (Keller, 2008)
Referensi
IHME (Institute of Health Metrics and
Evaluation), 2014. Obesity and Overweight Increasing Worldwide. [Online]
Available at: http://www.healthdata.org/infographic/obesity-and-overweight-increasing-worldwide
[Diakses 5 September 2014].
Keller, K.,
2008. Encyclopedia of Obesity. Thousand Oaks, California: Sage
Publication Inc..
Krauss, R. M.,
1998. Obesity, Impact on Cardiovascular Disease. Dallas, American Heart
Association.
WHF, 2014. Obesiy.
[Online] Available at: http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-health/cardiovascular-disease-risk-factors/obesity/
[Diakses 6 September 2014].
[Diakses 6 September 2014].
WHO, 2014. Obesity.
[Online] Available at: http://www.who.int/topics/obesity/en/
[Diakses 5 September 2014].
[Diakses 5 September 2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar