Sabtu, 07 Mei 2016

Peran Metabolisme Serat dalam Mencegah dan Mengatasi Obesitas


Seiring dengan perkembangan jaman, dengan meningkatnya arus globalisasi secara tidak langsung berdampak pada pola hidup manusia seperti pada pola makan manusia. Kini, manusia cenderung banyak memilih makanan siap saji (fast food) dibandingkan dengan yang diolah sendiri. Ketidakseimbangan komposisi kandungan gizi pada fast food cenderung membuat jalannya metabolisme dalam tubuh kurang maksimal dan menimbulkan berbagai penyakit seperti Obesitas.
Obesitas merupakan penyakit yang diakibatkan karena adanya penumpukan lemak yang berlebihan secara menyeluruh di bawah kulit dan jaringan lainnya di dalam tubuh. Penyakit ini dapat timbul kapan saja dan sering terjadi pada saat usia remaja. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong, 2003).
Menurut (Purwati, 2007), berdasarkan kondisi selnya, obesitas digolongkan dalam beberapa tipe yaitu:
  • Tipe Hiperplastik, obesitas yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak.
  • Tipe Hipertropik, obesitas yang terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Obesitas tipe ini banyak menjangkit orang dewasa.
  • Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa.
Selain itu jenis obesitas juga dapat digolongkan berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, yaitu:
  • Tipe Adroid, ditandai dengan pertumbuhan lemak berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk merupakan lemak jenuh.
  • Tipe Genoid, ditandai dengan penimbunan lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Umumnya banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
Jumlah prevalensi obesitas di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980, jumlah individu yang menderita obesitas adalah sebanyak 857 juta jiwa. Jumlah ini terus meningkat hingga pada tahun 2013 jumlah individu yang menderita obesitas mencapai angka 2,1 milyar jiwa. Secara umum, prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Saat ini, obesitas tidak hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Sebanyak 14% dari total populasi anak-anak di dunia dilaporkan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (Marie, et al., 2014).
Di Indonesia sendiri, prevelansi obesitas pada pria dan wanita dewasa masing-masing telah mencapai jumlah 5% - 10% dari populasi. Sementara, prevelansi obesitas pada anak-anak dan remaja telah mencapai 5% - 7,5% dari populasi. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di tahun yang akan datang. Peningkatan besar dalam obesitas selama 33 tahun terakhir diduga disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan asupan kalori, perubahan dalam komposisi diet, penurunan tingkat aktivitas fisik, dan perubahan microbiome dalam usus (Marie, et al., 2014).
Salah satu cara untuk mengatasi obesitas adalah dengan konsumsi serat pangan secara teratur. Serat pangan merupakan karbohidrat dan lignin yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia yang dapat diperoleh dari tanaman, khususnya di bagian dinding sel yang setidaknya terdiri dari 95% serat. Karbohidrat yang termasuk serat pangan diantaranya adalah selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, gum, β-glucan, fruktan dan pati resisten. Serat pangan ternyata tidak hanya penting untuk fungsi saluran pencernaan, tetapi juga dapat membantu mencegah dan mengatasi berbagai penyakit, salah satunya obesitas (Gropper & Smith, 2012)
Asupan serat pangan, baik dari makanan maupun suplemen dapat memberikan manfaat dalam pengurangan berat badan dan manfaat kesehatan lainnya. Manfaat tersebut dapat muncul dengan mengonsumsi serat 20-27 gram/hari dari makanan atau 20 gram/hari dari suplemen. Dalam mengatasi masalah berat badan, serat berperan sebagai penghambat fisiologis untuk asupan energi dengan setidaknya menggunakan tiga mekanisme (Heaton, 1973) :
  • Serat menggantikan energi dan nutrisi yang tersedia dari diet.
  • Serat meningkatkan intensitas mengunyah yang membatasi asupan makanan dengan mendorong sekresi air liur dan asam lambung, sehingga terjadi perluasan perut dan meningkatkan rasa kenyang.
  • Serat mengurangi efisiensi penyerapan usus halus.
Manusia cenderung mengkonsumsi makanan dengan berat yang konstan.  Konsumsi makanan dengan energi yang lebih rendah per satuan berat dan dalam jumlah yang konstan dapat mempromosikan penurunan berat badan. Makanan tinggi serat memiliki kepadatan energi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan makanan tinggi lemak. Dengan demikian, makanan tinggi serat dapat menggantikan sumber energi lainnya. Sifat bulky dan viskositas yang tinggi pada serat pangan bertanggung jawab untuk mempengaruhi perasaan jenuh dan kenyang saat makan. Konsumsi makanan kaya serat biasanya akan disertai dengan upaya peningkatan intensitas dan waktu pengunyahan, yang menyebabkan peningkatan rasa kenyang disertai penurunan tingkat konsumsi makanan. Konsumsi serat secara teratur dapat membantu mengendalikan keseimbangan energi pada tubuh. (Slavin, 2008).
Pada seseorang yang telah terkena obesitas melalui pola konsumsi serat selain dapat mengontrol juga dapat menurunkan berat badan, karena kandungan pektin, beta glucans, gum serta beberapa hemiselulosa yang terdapat dalam serat larut air (soluble fiber) dimana mampu menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan, sehingga terjadi reduksi penyerapan zat makanan pada bagian proksimal akibat serat yang mampu menunda pengosongan makanan dari lambung dan menghambat bercampurnya enzim pencernaan dengan isi saluran cerna serta dengan adanya cairan kental tersebut dapat mengurangi kandungan asam amino dalam tubuh melalui penghambatan peptida usus (Winarsi, 2001).
            Untuk menurunkan berat badan yang berlebihan (obesitas) makanan yang mengandung serat kasar tinggi dapat menjadi solusinya. Mekanisme yang terjadi dalam peranan tersebut adalah absorbsi zat makanan akan berkurang akibat makanan dalam saluran pencernaan akan tinggal dalam waktu relatif singkat, memberikan rasa kenyang sehingga menurunkan frekuensi konsumsi kuantitas makanan, serta mengandung kalori, gula dan lemak dalam jumlah rendah (Joseph, 2002).

Referensi
Ganong, F., 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.


Gropper, S. S. & Smith, J. L., 2012. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 6 ed. Belmont: Wadsworth.

Heaton, K. W., 1973. Food Fibre As An Obtacle to Energy Intake. The Lancet, Volume 2, pp. 1418-1421.

Joseph, G., 2002. Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Makalah Falsafah Sains, pp. 23-31.

Marie, N. et al., 2014. Global, regional, and national prevalence of overweight and obesity in children and adults during 1980–2013 : a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2013. The Lancet Journal, 384(9945), pp. 766-781.

Purwati, 2007. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Slavin, J. L., 2008. Position of the American Dietetic Association : Health Implications of Dietary Fiber. Journal of American Dietetic Association, Volume 108, pp. 1716-1731.

Winarsi, H., 2001. Peran Serat Makanan (Dietary Fiber) Untuk Mempertahankan Tubuh Sehatt. Makalah Falsafah Sains, pp. 20-30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar